Monday, April 20, 2009

3 chair and a cup of coffee



Secangkir kopi terletak di atas meja. Uapnya mengepul, melebur dengan udara. 
Meja itupun sederhana saja, bulat dengan lapisan kaca hitam diatasnya. 
Tiga buah kursi mengelilinginya, tiga wujud yang berbeda. 
Tiga buah kursi dengan satu cangkir kopi. 
Kopi hitam dan pekat, persis seperti biasanya.
Tiga buah kursi dan satu cangkir kopi. Dalam jalinan benang laba-laba. Kasat mata namun ada, rapi terangkai di dalam hati.

Kursi pertama dipenuhi oleh buku dan segala macam teori. Keluh kesah kadang terdengar disana, bahkan teriakan frustasi. Kedua kursi lainnya maklum. Karena itulah jalan yang dipilihnya. Suka ataupun tidak, betapapun sulitnya, itulah yang harus dijalaninya hingga akhir.

Kursi kedua baru saja menciptakan dunianya. Dimana kekelaman tinggal dan kehampaan ada. Dunia yang sepi. Kekuatannya telah hilang dan dia hanya termenung sendiri, tenggelam dalam dunianya. Kedua kursi lainnya bergeming, meskipun didalam batin. Mereka menghormati dunia itu, dunia yang tak tersentuh dan terjamah. Walau tangan mereka menggapai, agar ia tahu bahwa mereka selalu ada.

Kursi ketiga melagukan musik yang lembut. Petikan gitar mengalun. Nada-nada indah menentramkan hati. Kedua kursi lainnya terdiam. Tak ada kata yang perlu terucap. Tak ada tindakan yang perlu dilakukan. Karena pemahaman tidak hanya melalui kata dan perbuatan, namun terutama melalui hati.

Tiga buah kursi dengan tiga wujud berbeda. 
Tiga buah kursi dan satu cangkir kopi. 
Isinya sudah tandas sekarang. 
Hanya aroma harum yang masih tercium. 
Dan rasa hangat yang terasa.

spot : cold bedroom (socalledhouse)
time: in the middle of the night after having turmoil inside her heart
soundtrack : tak ada yang abadi by peterpan
topic : i know just as you know that our heart will be still

No comments: