Friday, February 21, 2014

Bulan Purnama di Angkasa Malam

note : Hai kamu, Little Missy, tulisan ini untukmu

Jakarta, 21 February 2014


Pagi ini, di sela jadwal meeting yang luar biasa padat, mataku sekilas menatap ke arah lampu LED berwarna merah yang berkelap kelip meminta perhatian.
Tanganku spontan meraih telepon genggamku. Seraya mata memberikan perhatian 30% kepada atasanku yang tengah memberikan arahan untuk teleconference pagi ini, tanganku dengan cepat membuka notifikasi. Dan kutemukan sebuah mention :



Mataku menyapu cepat. Aku terhenyak, Little Missy menepati kata-katanya. Ingatanku melayang ke setahun yang lalu. Saat itu valentine day, dan aku menerima notifikasi serupa (bisa mengacu ke sini untuk tahu ceritanya). 
Aku tersenyum. Nona satu ini memang tahu benar cara membuatku tersenyum.

Aku jadi teringat sebuah cerita.

Suatu saat, Matahari enggan menunjukkan wajahnya.
Seluruh semesta guncang, manusia tidak tahu apakah ini siang atau malam. Keadaan gelap dan dingin. Binatang-binatang menyembunyikan diri, tanaman tampak layu, tidak ada kehidupan di bumi.

Seorang malaikat tergugah, dia terbang ke langit dan menemui matahari.
Terkejutnya dia melihat  Matahari tengah terisak. Sinarnya memudar jika tidak dapat dikatakan hampir padam.
Perlahan malaikat itu menanyakan, "Matahari, apa yang terjadi, kenapa engkau menangis?"

"Aku kesepian, saat aku ada di atas, aku melihat bahwa setiap mahluk memiliki teman. bahkan jika mereka tidak berteman, mereka ada disana bersama-sama. Bahkan Bulan pun memiliki bintang-bintang sebagai teman. "

Malaikat itu menghela napas,
"Sungguhkah engkau berpikir begitu? Mari, ikutlah denganku.

Malaikat itupun mengajak  Matahari menuju suatu tempat. Tempat itu terasa dingin dan kering. Suram sekali keadaan di sana. Matahari sudah tak lagi menangis, dia melihat sekelilingnya dengan rasa penasaran.

"Lihatlah kesana." tunjuk malaikat itu.

Dan disana, sebuah bentuk tengah mengkerut. Bentuknya hampir hilang.
Matahari mendekat, dia penasaran apakah itu. 

"Bulan? Mengapa dia jadi begini?"

"Dia kehilanganmu. Tahukah kau, dia selalu menemanimu, bahkan saat kau tidak tahu. Dia bersembunyi diantara awan. Namun apa daya, dia tak dapat mengatakan apapun karena dia tak dapat bicara"

Matahari mendekati Bulan. Bulan menengadahkan wajahnya, matanya seketika bersinar. Namun tak ada kata yang keluar.  Beberapa saat mereka berpandangan.

"Bulan adalah refleksimu Matahari. Dia hanya dapat megeluarkan sinar, jika engkau pun bersinar."

Matahari terdiam sejenak. DIsentuhnya tubuh Bulan yang mengkerut hampir tak berbentuk.
Tak berkata apa-apa, Matahari kemudian pergi, dan menempati posisinya kembali.

Bumi pun kembali seperti semula, kehangatan sinar Matahari membuat segala sesuatunya kembali hidup.
Malamnya, Bulan menampakkan sinarnya dengan sangat terang. Malam itu, Bulan purnama menampakkan wajahnya yang cantik.


Aku kembali menghadap ke dokumen-dokumen yang menumpuk di hadapanku. 
Tetapi hatiku terasa hangat. Aku percaya, bahwa tidak ada sesuatu yang kebetulan di dunia ini. Segala sesuatu sudah ada didalam suatu rancangan besar yang maha dahsyat.

Tahukah kau hai little missy, bahwa cinta melampaui batas ruang dan waktu.
Kita adalah jiwa yang memiliki tubuh. Dan ketika tubuh tak lagi ada, jiwa itu tetap ada. Dia berada di tempat yang tak terlihat, dan entah dengan cara apa, selalu berupaya agar kita tau bahwa kita tak pernah sendiri.

Jika kau merasa sendiri, tadahkanlah wajahmu ke langit, rasakan angin yang menyapu lembut wajahmu, tataplah dia yang jauh diatas sana, yang kutahu pasti menatapmu kembali dengan menyunggingkan senyum.

Terimakasih karena telah hadir dalam hidupku.
Tak ada yang sempurna. Perjalanan kita masih panjang. Tetaplah tersenyum. You are forgiven.


***