Jiwaku kelam terdampar
Gelap dunia terhampar
Menanti seberkas sinar
Seluruh alam berkelakar
Gemuruh kudengar
Hitam kelam
Dimanakah setitik terang
Sejauh mata memandang
Hanya hampa terbentang
Berdiri sunyi di tengah padang
Gersang kering tanah bumi
Terpaku terpijak terasa sesak
Lari dan terus berlari
Mencari sesuatu yang tak berderak
Sudahlah habis nafas ini
Dimanakah cahaya rembulan
Dimanakah embun pagi
Dimanakah sinar mentari
Dimanakah ufuk senja
Dimanakah ujung yang kucari
Aku sudah merasa lelah
Awan teguh berarak di angkasa
Tengadah aku memandang
Dengan cepat warna berganti
Dan kuterbaring
Rebah dan menggigil
Kau dan aku tak terpahami
Berharap tuk peduli
Pikiran terselubung misteri
Tuli sudah atas ego diri
Lubuk hati yang tersakiti
Kuberteriak mengapa kau tak mendengar
Kumenangis mengapa kau tak peduli
Kubertahan dan mencoba memahami
Maafkan aku yang tak mampu
Kuhirup nafas merangkum semesta
Air mataku telah lama mengering
Langit menangis menggantikanku
Basah menyirami sekujur tubuhku
Kupejamkan mataku
Berharap semua kan sirna
Dimanakah tempat yang kutuju
Adakah engkau tercipta
Adakah engkau ada
Apakah aku yang mencipta
Mampukah tangan lemah ini
Menggapaimu
Kelam hitam duniaku
Sunyi sepi kering dan gersang
Adakah engkau rela memasukinya
Terperangkap di dalamnya
Dimana tak ada yang abadi
Dalam sekejap mata akan terganti
Mampukah kau bertahan
Di dalam dunia kelamku
Mampukah kau memelukku
Yang penuh dengan onak duri
2 comments:
hi dear. selalu suka baca blogmu ini. tp kok yg ditulis kelam2 aja sih cinn?
"Yang penuh dengan onak duri"
rasanya sering banget denger kata ini di blogmu ya ;)
Is it?
ya maaf, lagi sedikit down saat ini,hehehehe ;)
jadi masi belum bisa liat yang "terang-terang" atau lebih tepatnya, saat ini aku memilih untuk menyepi dalam duniaku yang kelam
Post a Comment