Tuesday, March 31, 2009

garengpung

Hari ini terasa panas sekali. Diluar terdengar bunyi gareng berkeriap-keriap, suara yang sangat menyejukkan hati.
Aku pernah bertanya pada papaku, suara itu dari mana? Maklum aku tinggal di daerah perkotaan, dan seingatku, selama 13 tahun aku tinggal di rumah ini, belum pernah aku mendengar suara itu sebelumnya.
Kata papa, itu suara gareng, binatang kecil seperti jangkrik yang biasa tinggal di pepohonan. Biasanya, jika suara itu muncul berarti pertanda akhir musim penghujan.
Karena belum pernah melihat wujud gareng sebelumnya, penjelasan papa tadi kuiyakan saja. Toh, bukan wujudnya yang menarikku tapi suaranya.

Kini setiap pagi, dengan setia aku mendengarkan suara gareng. Sebagai ‘pengacara’ alias pengangguran banyak acara, bukan hal yang sulit untuk mencuri waktu 15 menit hanya untuk melamun sambil mendengarkan.
Agaknya memang benar musim penghujan sudah berakhir, buktinya aku tidak perlu lagi bolak-balik mengangkat jemuran gara-gara hujan. Melegakan juga, karena sudah pasti pakaianku langsung kering setelah dicuci, tidak seperti minggu-minggu lalu yang bisa 3 sampai 4 hari. Itu saja belum kering benar dan kuangkat semata-mata supaya tempat jemurannya bisa kuakai lagi untuk cucian baru. Tapi sejujurnya...aku kangen sekali dengan musim hujan....

Dari segala musim, musim penghujan lah yang paling aku sukai. Mungkin karena auranya yang sendu atau karena hawanya yang dingin, atau karena tetasan airnya, yang dulu ketika aku kecil kukira adalah tetesan mata para malaikat....entahlah, aku tidak punya alasan yang jelas. Yang pasti aku suka dengan musim itu. Paling menyenangkan saat musim hujan adalah membuat secangkir soklat susu hangat, membaca buku, sambil ditemani rintik hujan dan hawa dingin. Atau bisa saja bermain air di tengah hujan, mencium bau tanah basah, melihat betapa segarnya dunia setelah seharian tersiram air hujan.
Memang tidak semua mengnai hujan menyenangkan. Selain soal jemuran tadi, pulang malam sambil kehujanan sangat tidak dianjurkan. Apalagi kalu misalnya tinggal di daerah rawan banjir. Bisa siang malam khawatir dan turunnya hujan bukan suatu kenikmatan lagi melainkan petaka.
Namun, diatas semua itu. Musim hujan tetap saja musim favoritku. Dan menyadarinya pergi, membuatku sedikit sedih.

Suara gareng kembali menyadarkanku...suara indah yang menandai berlalunya hal yang kusayangi...
Betapa ironisnya suara yang kusukai mengabariku bahwa masa kesayanganku sudah berlalu...
Mungkin akan selalu ada musim-musim penghujan lain yang akan kulalui...tapi yang sudah berlalu akan selamanya berlalu dan tak tergantikan...As a candle that been lighten, it could never be as beautiful as it first lit.

There are differences between happiness and pleasure
Happiness is momentary - only happen once and unrepeatable
Pleasure is what people do to gain memory of what they called happiness
(socalledpoet)

No comments: