Sorot mata jenaka terpampang di
lembaran foto lama. Tersenyumku memandangnya. Kuletakkan kembali ke meja. Aku
bergegas, waktu telah menunjukkan 06.30 pagi. Harus segera berangkat . Hari ini
hari bersejarah.
Setelah berganti beberapa kali menggunakan
transportasi umum, sampailah juga di Kawasan Ancol. Bersama dengan beberapa
orang lain, aku turun di kawasan Ancol. Pandangan mata beralih ke orang-orang
yang ada di sekitarku. Kami langsung tersenyum, ada kebersamaan hangat yang
merekah, kami disana untuk tujuan yang sama. Ada yang berasal dari Bandung,
Purwokerto, bahkan Solo. Tekad mereka hanya satu, untuk turun tangan. Benaar,
untuk melakukan sesuatu dan bukan hanya berpangku tangan. Kala linimasa dan
media dipenuhi berita-berita negatif, keluhan, pesimisme, disini aku bertemu
dengan orang-orang yang mempunyai keberanian dan kemauan untuk DO SOMETHING
POSITIVE.
Aku menghormati mereka lebih dari pada orang-orang yang sibuk membuat analisis, kritik pedas, dan demo-demo di jalanan.
Aku menghormati mereka lebih dari pada orang-orang yang sibuk membuat analisis, kritik pedas, dan demo-demo di jalanan.
No offense, but hey, we are doing something for good sake.
Pagi masih awal, tetapi sudah
banyak orang berkumpul di meja pendaftaran. Masih 2 jam sebelum pintu dibuka,
wajah-wajah bersemangat terlihat disana sini. Raut ramah dan bahagia. Aku
tersenyum kecil. Kami semua disini untuk bekerja, tapi mengapa perasaan kami
begitu ringan?
Setelah pintu dibuka, kami
diarahkan masuk ke sebuah ruangan untuk diberikan orientasi dasar. Sekilas
kulihat kelompokku. Beragam sekali, ada yang membawa anak-anaknya, ada yang
terlihat seperti pelajar SMP. Mereka semua rela datang jauh-jauh ke Ancol dan
menghabiskan waktu libur mereka untuk bekerja. Iya bekerja, karena memang
namanya adalah Kerja Bakti.
***
Jadi ingat, pertama kali tahu
tentang event ini adalah dari balasan tweet-ku
tentang kelas inspirasi oleh @babung, seorang teman di WWF dan mas @IsrarArdiansyah
yang kukenal dari salah satu acara WWF. Setelah diberi link website Festival Gerakan
Indonesia Mengajar (FGIM) dan membaca isinya, aku pun menjadi semakin tertarik
dan langsung mendaftar. Lanjut tidak lupa woro-woro di social media, supaya temen-teman yang lain ikutan. Eh ada yang
nyaut. Ternyata temanku (@seoulaja) menjadi salah satu panitia relawan dalam
acara itu. Segera dimasukkannyalah diriku dalam salah satu fanpage facebook
FGIM.
Wow!
Wow!
Betapa besar semangat teman-teman
semua yang ada disana. Membaca posting
wall yang ada, rasanya makin tak sabar menunggu hari-H tiba. Sudah sangat
lama sejak terakhir aku melihat semangat seperti itu, rasanya seperti menemukan
sumber air di tengah padang pasir.
Dan benarlah, pada saat awal aku
menapaki tangga menuju ruang Kerja Bakti, semangat, antusiasme dari teman-teman
panitia sangat terasa, padahal aku tau, mereka pasti bekerja sangat keras untuk
mempersiapkan semua. Mulai dari perancangan program, persiapan peralatan, perekrutan
peserta, penataan ruangan, penyusunan agenda, pengumpulan materi dan lain
sebagainya. Hal-hal seperti ini tentunya tidak bisa terjadi jika mereka yang
terlibat tidak memiliki semangat dan kepercayaan yang besar terhadap
keberhasilan acara ini. Dan ini dilakukan oleh mereka yang notabene memiliki
pekerjaan lain, dengan waktu 9 to 5,
dan berada di Jakarta! Kebayang bagaimana membagi waktu antara pekerjaan, waktu
(macet Jakarta tampaknya kalah telah sama semangatnya), serta kondisi tubuh
yang dituntut fit sepanjang waktu.
Seperti yang pernah aku dengar (atau aku baca)
“Apalah lautan selain sekumpulan titik-titik air”
Kata-kata itu sejatinya
sungguhlah benar. Perubahan tidak dapat dimulai hanya dengan satu orang, namun
bersama-sama, menularkan semangat, menularkan energi, untuk melakukan sesuatu.
Berdasarkan niat ketulusan, melakukan perubahan untuk masa depan.
Bukan hanya bicara, kami beraksi.
Walau mungkin hanya sesuatu yang kecil, seperti membuat beberapa set alat bantu
belajar untuk para Pengajar Muda di Kotak Sains, atau menuliskan Surat Semangat
untuk para siswa dan pengajar, ataupun menulis Kartupedia sebagai bentuk
ensiklopedia mini, aku pikir ini lebih baik
dari sekedar wacana atau kata-kata.
Kembali teringat kepada mereka,
rumahku, disuatu saat yang lampau. Tiga sorot mata jenaka, menantang dunia. Sama seperti dulu, sebenarnya bukan anak-anak
itu saja yang mendapatkan bantuan seperangkat alat peraga, ataupun sepucuk
surat ataupun sekotak kartu.
Namun sesungguhnya,
akulah yang mendapatkan suntikan semangat, inspirasi dan keberanian untuk
membuat perubahan. Memulai sesuatu yang selama ini hanya stuck di angan
pemikiranku saja.
Terimakasih Festival Gerakan Indonesia Mengajar. Kau telah
membawa rumahku kembali.
Jakarta, 13 Oktober 2013.