Nina melihat pergelangan tangannya, angka menunjuk waktu 9.15, sudah 15 menit dia menunggu. Tidak biasanya Bima terlambat menjemputnya. Bandara tampak ramai, pagi hari senin memang waktu yang seakan-akan tak pernah surut akan keriuhan manusia. Nina bersandar di sandaran kursi biru di deretan tempat pengantar. Banyak orang lalu lalang di hadapannya, mata Nina menatap nanar, dia tidak berusaha mencari. Entah kenapa dia sudah merasa malas. Diliriknya HP nokia merah dalam tasnya, tidak ada pesan baru ataupun panggilan masuk. Entah sudah berapa kali dia menelpon Bima, tetapi nomor yang dituju tidak aktif. Nina mendesah pelan, tanpa sadar bibirnya dicibirkan ke depan.
5 menit lagi, kalau anak jelek itu tidak menampakkan batang hidungnya, aku pulang sendiri naik bis, batin Nina.
***
Pukul 09.00, Bima cepat-cepat memarkir motornya. Schedule yang diberikan Nina jam 09.00 tepat pesawat mendarat. Waktu boarding tadi dia sudah meminta Nina untuk mengirim pesan padanya, sekedar memastikan keberangkatan tepat waktu atau tidak. Keberangkatan sudah tepat, sehingga seharusnya saat ini Nina sudah turun dari pesawat. Sesampai di area kedatangan..langkahnya terhenti...bahkan dari jarak sejauh ini dia bisa mengenali Nina. Rambutnya yang sebahu di jepit kebelakang, sejumput rambut liar menutupi sebelah daun telinganya. Dengan ransel kecil dan sambil menenteng sebuah bungkusan, gadis mungil itu berjalan menuju pintu keluar. Entah kenapa, Bima cepat-cepat menyembunyikan diri. Dia tidak ingin gadis itu melihatnya, bergegas dimatikan ponselnya dan dia mencari posisi duduk di sebuah cafe dimana dia bisa mengamati gerak gerik gadis itu tanpa terlihat olehnya. Sungguh Bima tidak bisa menjelaskan mengapa dia bertingkah seaneh itu, dia hanya merasa, hal itu perlu dia lakukan. Dalam kejauhan Bima melihat kegelisahan Nina, tapi entah kenapa dia menikmatinya.
Saat-saat itu, adalah saat-saat dimana Bima dapat menatap Nina dengan tatapan yang selama ini dia sembunyikan, tatapan yang tak akan pernah ia keluarkan ketika bersama dengan Nina. Ketika dia harus memainkan peran sahabat yang baik, sahabat yang selalu ada, yang mengejek, bercanda dan tertawa bersama...hanya itu...tidak lebih.
Bima memperhatikan setiap gerak-gerik yang dilakukan Nina, caranya memainkan kacamatanya, kebingungannya mencari tempat duduk, raut kesalnya karena nomer yang ia tekan tidak aktif, semuanya...sekecil apapun itu, Bima merekam semuanya dalam hati. 15 menit saja, kamu milikku seutuhnya...desah Bima pelan.
***
OST : Inginku by Yovie and Nuno